HarmoniWisata – menghadirkan 7 desa wisata yang mengusung konsep sustainable tourism, menggabungkan keindahan alam dengan pelestarian budaya dan ramah lingkungan. Desa-desa ini menawarkan pengalaman autentik bagi wisatawan, mendukung ekonomi lokal, serta menjaga kelestarian alam dan budaya setempat.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) terus mendorong pengembangan desa wisata berbasis sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Konsep ini memastikan bahwa dampak pariwisata terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi tetap positif untuk jangka panjang, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kemenparekraf/Baparekraf telah menetapkan empat kategori utama dalam pembangunan destinasi wisata berkelanjutan: pengelolaan destinasi, manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, pelestarian budaya, serta pelestarian lingkungan.
Di antara ribuan desa wisata di Indonesia, berikut tujuh desa wisata yang menjadi contoh keberhasilan penerapan sustainable tourism:
1. Desa Pujon Kidul (Malang)
Terletak sekitar 30 km dari Kota Malang, Desa Pujon Kidul menawarkan suasana sejuk dengan alam yang masih asri. Desa ini memanfaatkan sektor pertanian dan peternakan sebagai daya tarik utama pariwisata berkelanjutan. Wisatawan dapat ikut serta dalam kegiatan seperti menanam dan memetik sayuran, serta memerah susu sapi.
2. Desa Pentingsari (Yogyakarta)
Dikenal secara internasional, Desa Pentingsari masuk dalam 100 besar destinasi berkelanjutan versi Global Green Destinations Days (GGDD). Keunikan desa ini terletak pada kehidupan masyarakat yang harmonis dengan alam. Aktivitas wisata meliputi membajak sawah, menanam padi, menangkap ikan, hingga belajar membuat tempe secara tradisional.
3. Desa Ponggok (Klaten)
Desa Ponggok memanfaatkan potensi lima sumber mata air sebagai daya tarik wisata. Destinasi unggulannya adalah Umbul Ponggok, yang terkenal sebagai tempat snorkeling dan latihan menyelam. Selain itu, empat sumber mata air lainnya—Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro—juga menjadi daya tarik wisata. Keberhasilan desa ini dalam mengelola sumber daya alam menjadikannya salah satu desa terkaya di Indonesia dengan pendapatan mencapai Rp14 miliar per tahun.
4. Desa Kete Kesu (Toraja)
Sebagai desa adat, Kete Kesu melestarikan warisan budaya melalui upacara adat Rambu Solo dan kuburan di tebing batu yang telah berusia lebih dari 500 tahun. Wisatawan juga dapat melihat deretan rumah adat Tongkonan yang usianya lebih dari 300 tahun, serta menyaksikan berbagai kerajinan tangan seperti seni pahat dan lukis.
5. Desa Penglipuran (Bali)
Terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, Desa Penglipuran masuk dalam 100 besar Destinasi Berkelanjutan versi GGDD. Keberhasilan desa ini dalam menjaga kelestarian lingkungan didukung oleh aturan adat, termasuk larangan penggunaan kendaraan bermotor di area desa. Selain itu, desa ini menerapkan konsep tata ruang Tri Mandala, yang menjadikannya lebih rapi dan tertata.
6. Kampung Blekok (Situbondo)
Sebagai finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, Kampung Blekok menawarkan pengalaman ekowisata dengan keberadaan hutan mangrove dan ribuan burung blekok yang dilindungi. Masyarakat setempat mengembangkan program konservasi burung untuk menjaga kelestariannya. Wisatawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan seperti memberi makan burung dan merawat yang sedang sakit.
7. Desa Umbulharjo (Yogyakarta)
Peran generasi muda sangat penting dalam mengembangkan Desa Umbulharjo sebagai desa wisata berkelanjutan. Melalui inovasi kreatif, irigasi desa yang semula kumuh kini disulap menjadi tempat budidaya ikan nila. Selain mendukung ketahanan pangan, budidaya ikan ini juga menjadi daya tarik wisata yang viral di media sosial.
Itulah tujuh desa wisata yang sukses menerapkan konsep sustainable tourism. Semoga keberhasilan mereka dapat menginspirasi lebih banyak desa wisata di Indonesia untuk terus berinovasi dalam pariwisata berkelanjutan.